Pentingnya Organisasi
Oleh Nailah Azzahra
Ayana merasa bosan ketika jam istirahat
tiba pada hari itu. Setelah membeli beberapa makanan ringan, ia memutuskan
untuk duduk di bangku koridor depan kelasnnya. Semua siswa berlalu-lalang di
sekitarnya, ada beberapa tim klub futsal yang sedang melakukan latihan di
lapangan dan tak lupa riuh pikuk tim pemandu sorak.
“Duduk sendirian aja, Na?” tanya Dita,
teman sekelas Ayana yang baru saja datang.
:Ayana mengangguk, “Seperti yang kamu
lihat. Oh ya, kamu dari mana? Aku cari di kantin tadi gak ada.”
“Oh itu, aku dari sekret organisasi
tadi, ngurus acara hunting foto minggu depan,” jawab Dita memperlihatkan
beberapa lembar surat-surat yang dibawanya.
“Gak capek ya organisasi terus? Mau ke
kantin sampai ga sempet gitu. Makanya aku gak mau masuk ekskul apapun,” ungkap
Ayana.
Dita langsing tertawa mendengar ucapan
sahabatnya itu, “Gak gitu, kalau kamu menikmati ya gak capek. Lagian ikut
ekskul itu banyak positifnya loh, coba aja gabung di ekskul aku.”
Ayana hanya menggeleng sambil meringis
tak enak, “Maaf, Dit. Gak minat.” Lantas ia langsung meninggalkan Dita dan memasuki
kelas. Sedangkan Dita hanya menggeleng maklum melihat kelakukan sahabatnya itu.
Setelah jam istirahat, pelajaran
Geografi dimulai. Sang guru mengetes kemampuan siswa untuk berbicara
menyampaikan teori tentang cara memberikan bantuan dengan baik. Ayana sedari
tadi terlihat tidak tenang di tempatnya, tangannya mendingin dan jantungnya
berdetak tak karuan. Dita, selaku sahabat sekaligus teman sebangku Ayana pun
menoleh dan bertanya kepada Ayana, “Kamu sakit ya, Na? Tangan kamu dingin gini.
Kenapa?”
Ayana menggeleng pelan, “Enggak, Dit.
Bagaimana nih? Aku suka gemetaran kalau disuruh ke depan kelas. Aku tidak
tahu dan tidak biasa berbicara di depan
banyak orangg,” jawab Ayana dengan wajah cemasnya.
Dita tersenyum, “Kamu bisa kok.”
Bersamaan dengan itu, nama Ayana dipanggil untuk maju ke depan kelas. Dengan
perasaan yang masih tidak karuan akhirnya mau tidak mau Ayana menurutinya. Ia
pun mulai menjelaskan sebisanya. Terdapat banyak kesalahan dalam ia tergagap.
Ayana segera turun dengan wajah murung ketika presentasinya telah selesai.
Dita langsung merangkul sahabatnya
ketika sampai di tempat duduknya, “Begini nih, sudah aku bilang kan untuk coba
ikut ekskul.”
“Apa hubungannya?” tanya Ayana.
“Kalau kita berorganisasi, soal
berbicara di depan umum beini sudah biasa. Karena pasti di dalam organisasi itu
kan bukan teman0teman dekat aja kalau ada kegiatan luar kita bisa berinteraksi
dengan orang lain. Aku juga biasa untuk jadi pemimpin rapat organisasi, jadi
kemampuan bicara di depan umum benar-benar dilatih.”
Siangnya saat bel pulang berbunyi dan
semua siswa selesai berkemas, Ayana menghentikan sahabatnya Dita yang hendak
pulang.
“Dita!”
“Kenapa Na?” tanya Dita
“Hm, begini. Organisasi persmu itu masih
merekrut anggota?” tanya Ayana ragu-ragu.
“Oh, kamu ingin masuk ya? Akhirnya Ya
Tuhan,” kata Dita sembari berpura-pura
akan sujud syukur di depan sahabatnya.
“Eh, eh ngapain kamu? Yudah gajadi deh”
ujar Ayana.
“Eh jangan gitu! Ayo ikut aku! Udah sini
entar aku kenalin sam temen-temen yang lain,” kata Dita dengan senyum lembar
kemudian menarik tangan Ayana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar